sulis

Selasa, 04 Januari 2011

TAHAP-TAHAP KEHIDUPAN MANUSIA




Dimanakah kita sebelum dilahirkan? Apa dan bagaimana kita selama di alam kandungan yang gulita itu? Bagaimanakah proses perjalanan yang melelahkan itu sehingga kita sampai ke dunia ini? Lantas apa tujuan kita hidup di dunia? Apa yang terjadi dengan umur kita yang semakin bertambah dan kian hari usia kita semakin berkurang? Setelah tutup usia, kemanakah kaki kita melangkah?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut seringkali muncul manakala kita berfikir kembali tentang tujuan hidup kita di alam dunia dan berjuang untuk kebahagiaan di alam akherat.

1.     Alam Rahim. Masa perpindahan sejak pertama dalam tulang sulbi para ayah dan rahim para ibu sebelum dilahirkan.
2.     Alam Dunia. Masa kehidupan di dunia sejak dilahirkan dan diwafatkan oleh Allah SWT.
3.     Alam Kubur, disebut juga dengan alam Barzakh. Ketika manusia meninggal, mereka akan menempati alam ini sampai hari kiamat tiba.
4.     Alam Mahsyar. Masa tinggal di padang Mahsyar sejak dibangkitkan hingga diputuskan amalnya oleh Allah SWT.
5.     Alam Baka. Masa kehidupan di alam yang kekal dalam kenikmatan syurga atau dalam kepedihan neraka.

Tahap Kehidupan Pertama: Alam Rahim
Masa pertama adalah masa kehidupan manusia sejak dalam tulang sulbi ayah dan rahim ibu sebelum dilahirkan. Ketika Allah SWT menciptakan Adam a.s. Dia menyimpankan zurriyat di tulang punggungnya yaitu kaum “ahli kanan” (ahlulyamin) dan kaum ahli kiri (ahlul-syimal). Allah SWT pernah mengeluarkan semua zurriyat ini dari tulang punggung Adam a.s. pada hari mitsaaq (hari pengambilan janji manusia untuk mengakui keesaan dan ketuhanan Allah SWT di Na'man, sebuah lembah yang dekat padang Arafah). Mengenai hal ini Allah swt berfirman dalam surah al-A’raf ayat 172:
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Benar (Engkau adalah Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (anak-anak Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)".
Ayat ini membuktikan bahwa manusia telah memiliki wujud. Mereka bisa melihat dan mendengar kendatipun wujud mereka tidak sama dengan wujud kita seperti sekarang ini.
Dalam suatu riwayat yang bersumber dari Tirmidzi dan Abu Hurairah disebutkan bahwa ketika Allah SWT mengeluarkan zurriyat dari Adam a.s. lalu dilihat oleh Adam seorang dari mereka berperawakan sangat gagah. Lalu Adam bertanya siapakah dia? Adam diberitahu bahwa ia adalah Daud a.s, anaknya sendiri. Lalu Adam bertanya: "Berapakah usia Daud yang telah Engkau tetapkan?". Jawab Allah SWT: "Enam puluh tahun". Adam kemudian memohon agar Daud dipanjangkan usianya, tapi Allah menjelaskan bahwa itu adalah usia yang sudah Ia tetapkan. "Kalau begitu aku ingin menambahkannya empat puluh tahun dari usiaku", kata Adam a.s. Sebelum itu Allah SWT telah menetapkan umur Adam seribu tahun.
Meskipun umat nabi Muhammad SAW ditakdirkan relatif lebih pendek usianya daripada umat-umat terdahulu, namun Allah SWT diberikan banyak keistimewaan-keistimewaan dibandingkan umat-umat lainnya. Di dalam Taurat tercatat bahwa ada satu umat yang sifat-sifatnya amat menarik dan berperilaku sangat baik dan mulia. Setelah membaca kitab suci tersebut, nabi Musa bertanya siapakah gerangan mereka, siapa nabi yang diutus kepadanya? Nabi Musa a.s. memohon kepada Allah SWT agar umat tersebut menjadi umatnya. Maka Allah SWT berfirman: "Mereka adalah umat nabi Muhammad". Lalu nabi Musa a.s. memohon kepada Allah agar menampakkan umat itu kepadanya. Doa nabi Musa as dikabulkan Allah SWT. Ia yang Maha Kuasa menampakkan umat tersebut kepada nabi Musa a.s.
Dan tidaklah engkau (Muhammad) berada di dekat gunung Thur (Sina) ketika kami memanggil.[1]
Hal ini merupakan bukti bahwa zurriyat manusia itu sudah wujud sebelum lahir di dunia ini. Demikian pula Rasulullah SAW sudah wujud dengan wujud yang lebih lengkap dan sempurna di dalam tingkatan umur pertama tersebut.
Banyak keistimewaan dan keutamaan-keutamaan umat nabi Muhammad saw disinggung di banyak tempat, baik dalam al-Quran maupun Hadis. Misalnya saja Wahab bin Munabbih (rahimahullah) ia bercerita: Ketika Musa a.s. membaca luh (papan bertulis), di sana ia melihat beberapa sifat kelebihan umat nabi Muhammad SAW. Lagi-lagi nabi Musa bertanya, “wahai Tuhanku, siapakah gerangan umat yang dirahmati seperti yang terdapat dalam luh ini?”. Maka Allah SWT berfirman: “Itulah umat Muhammad. Mereka ridha dengan rezeki sedikit yang aku berikan kepadanya, maka Aku pun ridha dengan amalan yang sedikit dari mereka. Akan Aku masukkan mereka ke dalam syurga dengan kesaksian Laa ilaaha illallah!”. Nabi Musa a.s. berkata lagi, “tapi ya Tuhan, aku juga dapati dalam luh ini suatu umat yang akan dibangkitkan pada hari kiamat dengan wajah-wajah yang bercahaya laksana purnama. Jadikanlah mereka itu umatku, ya Allah!”. Allah SWT berfirman: “Mereka itu adalah umat Muhammad. Aku bangkitkan mereka pada hari kiamat dengan wajah bersinar dan bercahaya disebabkan bekas-bekas wudhu dan sujud mereka.”

Tahap Kehidupan Kedua: Alam Dunia
Proses perpindahan dari Alam Rahim ke Alam Dunia bukanlah hal yang gampang. Selama sembilan bulan di alam rahim itu, janin tumbuh dan membentuk diri sehingga menjadi bentuk yang sempurna. Dengan izin Allah SWT kita terlahir ke dunia ini dengan perjuangan ibu yang melahirkan kita antara hidup dan mati. Al-Quran menyebut perjuangan itu dengan istilah “wahnan ‘ala wahnin” (kelemahan di atas kelemahan), saking sakitnya proses melahirkan itu. Hanya karena izin Allah SWT kita bisa selamat terlahir ke dunia hingga hidup seperti sekarang ini. 
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari (sari) tanah. Kemudian Kami jadikan (sari tanah) itu air mani yang tersimpan dalam tempat yang kukuh (rahim). Lalu Kami jadikan air mani itu segumpal darah, lalu gumpalan darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan Kami jadikan gumpalan daging itu tulang belulang, lalu Kami lapisi tulang belulang itu dengan daging. Kemudian Kami bentuk ia jadi mahluk yang lain. Maha Suci Allah, sebaik-baik Pencipta."[2]
Demikian juga Rasullullah telah bersabda: Sesungguhnya setiap kamu dikumpulkan kejadiannya di dalam kandungan ibu berupa setitis air mani selama empat puluh hari, kemudian menjadi darah yang beku selama empat puluh hari pula, kemudian menjadi segumpal daging selama itu pula. Kemudian Allah mengutus malaikat kepadanya, meniupkan ruh baginya dan memerintahkan menulis empat perkara: rezekinya, ajalnya, amalannya dan kesudahannya, sebagai orang sengsara atau bahagia. Demi Allah yang tiada Tuhan selain Dia, sesungguhnya seseorang dari kamu beramal dengan amalan ahli syurga sehingga tidak ada jarak antaranya dan antara syurga melainkan sehasta, kemudian terdahulu atasnya ketentuan tulisan lalu iapun mengerjakan dengan amalan ahli neraka, maka masuklah ia ke dalamnya. Dan sesungguhnya salah seorang kamu mengerjakan dengan amalan ahli neraka sehingga tidak ada jarak antaranya dan antara neraka melainkan sehasta, kemudian terdahulu atasnya ketentuan tulisan lalu iapun mengerjakan pula dengan amalan ahli syurga, maka masuklah ia ke dalamnya.[3]
Di alam dunia ini kita juga melalui proses pertumbuhan dari tahun ke tahun. Ibnu Jauzi telah membagikan umur manusia pada lima masa:
1.     Masa kanak-kanak; dari sejak dilahirkan hingga mencapai umur lima belas tahun.
2.     Masa muda; dari umur limabelas tahun hingga umur tigapuluh lima tahun.
3.     Masa dewasa; dari umur tigapuluh lima tahun hingga umur limapuluh tahun.
4.     Masa tua; dari umur limapuluh tahun hingga umur tujuh puluh tahun.
5.     Masa usia lanjut; dari umur tujuhpuluh tahun hingga akhir umur yang ditentukan oleh Allah SWT.
Pada tahap masa kanak-kanak berlaku masa keringanan dari Allah SWT yaitu belum adanya taklif (beban kewajiban) untuk mengerjakan solat dan puasa ataupun ibadah lainnya. Orang-orang yang sudah baligh atau sudah dewasa diwajibkan menyuruh mereka mengerjakannya karena kebaikan dan amal soleh dari anak yang belum baligh selain menjadi amal kebaikannya juga akan menjadi catatan pahala bagi ibu-bapanya selama kedua orang tuanya memperhatikan pendidikan dan pengasuhannya. Jika anak telah mencapai masa baligh dan telah sempurna akalnya maka ia telah menjadi mukallaf. Saat itulah segala kewajiban agama telah berlaku atas dirinya. Kedua malaikat pengawas diperintahkan oleh Allah untuk mencatat segala perlakuan baik lahir maupun batinnya. Sebagaimana firman Allah:
Dan sesungguhnya bagi kamu ada beberapa penjaga. Penulis-penulis yang mulia. Mereka mengetahui apa yang kamu lakukan.[4]
Ketika dua malaikat pencatat membuat catatan, satu duduk di sebelah kanan dan satu di sebelah kiri. Tiada yang diucapkan, satu perkataanpun, melainkan ada di dekatnya (malaikat) pengawas yang selalu hadir.[5]
Malaikat ini akan mendampingi dan hadir pada hari kiamat di hadapan pengadilan Allah SWT dan keduanya menjadi saksi baginya. Dan datanglah setiap orang bersama (malaikat) pengiring dan (malaikat) penyaksi.[6]
Pada tahap masa muda terjadi banyak perubahan baik fisik maupun non-fisik. Pada masa ini akan dipenuhi dengan semangat dan kekuatan serta memuncaknya vitalitas. Masa muda ini merupakan kesempatan untuk memperbanyak amal dan serta kebaikan. Namun kecenderungan yang terjadi adalah sebagian besar memanfaatkannya untuk pemuasan nafsu keduniaan. Dalam hal ini Rasullullah saw telah mengingatkan: "Rebutlah lima perkara sebelum terjadi lima perkara: Masa mudamu sebelum tiba masa tuamu, masa sehatmu sebelum tiba masa sakitmu, masa lapangmu sebelum tiba masa sibukmu, masa kayamu sebelum masa miskinmu dan masa hidupmu sebelum tiba masa ajalmu." (HR. Al-Hakim, Baihaqi, Ibnu Abi'ddunia, Ibnul-Mubarrak). "Takkan bergeser kedua kaki manusia pada hari kiamat sampai selesai ditanya tentang empat perkara:
1.     Tentang nya, untuk apa dihabiskan
2.     Tentang masa mudanya, untuk apa dipergunakan
3.     Tentang hartanya, dari mana diperoleh dan untuk apa dibelanjakan.
4.     Tentang ilmunya, apa yang sudah diperbuat dengannya. (HR. Tirmidzi).
Sedangkan apabila seseorang telah mencapai masa dewasa, Allah SWT memberikan karunia hikmah dan kearifan kelihatan padanya berbagai ketaatan dan menujukan hatinya kepada Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT:
Dan setelah menjadi dewasa dan cukup umurnya, Kami anugerahkan kepadanya hikmah dan ilmu pengetahuan. Demikianlah Kami memberi balasan bagi orang-orang yang melakukan kebajikan.[7]
...sehingga apabila dia telah dewasa dan mencapai umur empat puluh tahun, berkatalah ia: 'Ya Tuhanku, tunjukilah aku jalan untuk mensyukuri nikmat yang telah Engkau karuniakan kepadaku dan kedua ibu-bapakku, dan doronglah aku untuk berbuat amal soleh yang Engkau ridhai...[8]
As-Syaikh al-Arif Abdul Wahhab bin Ahmad as-Sya'rani dalam kitabnya Al-Bahrul-Maurud menyebutkan: "Telah diambil janji-janji dari kita, bahwa apabila kita telah mencapai umur empat puluh tahun hendaklah bersiap-siap dengan melipat tilam-tilam dan selalu ingat bahwa kita sekarang sedang dalam perjalanan menuju akhirat pada setiap nafas yang kita tarik, sehingga tidak akan lagi rasa tenang hidup di dunia. Di samping itu hendaknya kita menghitung setiap detik dari umur kita sesudah melebihi empat puluh tahun, dibanding dengan seratus tahun sebelumnya."
Imam Syafi'i (rahimahullah), setelah mecapai umur empat puluh tahun, berjalan dengan sebatang tongkat kayu. Ketika ditanya sebabnya, beliau berkata: "Supaya aku senantiasa ingat bahwa aku adalah seorang musafir yang sedang berjalan menuju akhirat."



Setiap yang Bernyawa akan Merasakan Mati
Karena kita sudah pernah hidup masa bayi, masa kanak-kanak, kemudian menjadi remaja dan dewasa. Tibalah saat tua renta, dan.. kematian!
Ya, kita bukan makhluk abadi. Kita suatu saat akan mati, begitu pula tumbuh-tumbuhan dan binatang, serta semua makhluk di muka bumi dan di jagat raya ini. Jadi, tak ada satupun yang abadi di dunia. Semua akan merasakan mati. Kamu juga begitu. Cepat atau lambat, pasti kamu akan merasakan mati juga. Banyak yang berfikir bahwa hanya orang tua saja yang mati, seolah Allah sudah merancang kematian hanya untuk orang-orang tua dan tidak berdaya saja, sementara kita-kita yang masih muda masih jauh dalam perencanaan Allah.
Itu salah besar, sobat. Banyak kok bayi-bayi yang baru dilahirkan, tiba-tiba mati. Begitu juga anak-anak yang masih duduk di sekolah, dengan alasan atau sebab tertentu, mereka meninggalkan alam fana ini. Terlebih lagi orang-orang tua yang sudah uzur usianya, mereka semua akan wafat. Jadi, kematian itu sebetulnya harus dipersiapkan sejak sekarang. Sebab, kalau sudah terlambat, pintu taubat akan tertutup, itu artinya kita tidak bisa lagi berbuat baik, tidak bisa lagi bersedekah, berbakti kepada guru dan orang tua, dan amal-amal kebajikan lain. Mumpung kita masih hidup di alam dunia ini, kita harus banyak melaksanakan amal shalih atau berbuat baik kepada sesama. Rasulullah saw mengajak kita untuk berbuat itu.
(sebaik-baik manusia ialah orang yang paling baik akhlaknya dan paling bermanfaat bagi orang lain).
Nah, pada bab ini kita kita akan mencoba mencari tahu jalan yang akan kamu lalui setelah kita mati. Bukannya nakut-nakutin, ini memang sengaja agar kita waspada sejak dini, supaya di dunia kita bahagia dan di Akherat kita berjaya. Oke?
Semua manusia akan melewati masa-masa, dimana mereka akan berjuang dengan rasa sakit yang tak tertahankan saat ruh dicabut oleh sang malaikatul maut. Setelah itu mereka digiring ke alam kubur, dibangkitkan lagi, digiring lagi ke alam mahsyar, melewati jembatan yang melintasi neraka jahannam, dan setelah itu mereka akan ditentukan pada titik finish: surga atau neraka.
Nah, kira-kira kamu mau ke sorga atau neraka? Tentu semua orang ingin ke surga. Tapi, ya, harus usaha dong coy. Sebab kamu akan sendirian di sana, di alam kubur. Tidak ada ayah yang selalu memberi nafkah dalam segala urusan kamu, tidak ada ibu yang pernah melahirkan dan selalu membimbing kamu, tidak ada kakak dan saudara-sudara yang selalu mendukung rencana dan usaha kamu...
Tidak ada kekasih yang selalu menyejukkan hati dengan kata-kata mesranya....
Tidak ada suami yang pernah memilih kamu menjadi pendamping hidupnya...
Tidak ada uang atau harta yang kamu tabung atau kamu tumpuk-tumpuk....
Pokoknya tak ada seorangpun yang menjagamu, padahal saat kamu hidup mereka senantiasa dekat dan membantumu. Di sana kamu hanya membawa perbekalan berupa amal. Ada yang berbekal perbuatan baik ada juga yang berbekal perbuatan buruk yang pernah kamu lakukan selama hidup di dunia. Di setiap sudut kiri, kanan, atas dan bawah kamu hanyalah amal! Ya. Hanya amal.  
Karena itu, kamu harus tahu jalan yang akan kamu lalui. Di sana ada langkah-langkah, dan fase-fase pendakian yang sangat melelahkan. Dan pada fase selanjutnya nanti kamu akan diputuskan apakah akan berdiam di sorga atau di neraka. Hendaknya ini kamu ketahui benar-benar. Ya dengan pengetahuan yang pasti (ma'rifah yaqiniyah), bukan hanya dari katanya dan katanya saja (ma'rifat sima'iyah). Sebab, sudah pasti kamu sudah mendengarnya juga, baik dari nenek atau teman-teman atau mungkin dari bayangan-bayangan atau khayalan waktu kamu masih kecil. Bukan itu. Jadi yang dibutuhkan di sini adalah pengetahuan yang didasarkan atas upaya kamu sendiri dengan cara membaca dari Al-Quran dan Hadis, atau dari para ulama. Pengetahuan yang bersumber dari ulama itu penting, agar keyakinan kita tentang adanya kehidupan setelah mati semakin mantap. Jadi yang dituntut sekarang ini, kamu harus tahu semuanya itu dengan landasan usaha membaca, berfikir, sadar dan rasa tanggungjawab untuk mengetahui segalanya dan akibat-akibatnya.
Sebelum kamu menjajaki perjalanan ini, tentu kamu harus meyakinkan diri sendiri bahwa kamu beriman kepada Allah swt, beriman kepada Rasul-Nya, dan beriman kepada Al-Quran dan Hadis. Sebab, langkah-langkah setelah kematian (yang akan kita bicarakan ini) ada di dalam al-Quran, dan sebagian lagi ada di dalam Hadis. OK? Selamat membaca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar